Pentingnya Pengetahuan Keamanan Siber Sebelum Go Digital

Keamanan siber memiliki dua elemen utama yang harus diprioritaskan: keamanan pengguna dan keamanan infrastruktur.

1/14/20252 min read

Di era digital yang semakin berkembang, institusi dan lembaga yang ingin beralih ke dunia digital harus menyadari pentingnya keamanan siber sebagai pondasi utama. Dalam upaya memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas layanan, sering kali aspek keamanan siber diabaikan atau kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Padahal, keamanan siber adalah kunci untuk melindungi tidak hanya infrastruktur teknologi, tetapi juga data pribadi pengguna yang menjadi aset berharga dalam era digital ini.

Keamanan siber memiliki dua elemen utama yang harus diprioritaskan: keamanan pengguna dan keamanan infrastruktur. Keamanan pengguna mencakup perlindungan terhadap data pribadi yang mereka bagikan, sementara keamanan infrastruktur berfokus pada melindungi sistem teknologi yang mengelola data tersebut. Institusi yang mengelola aplikasi, layanan daring, atau sistem berbasis digital harus memastikan bahwa sistem mereka dirancang dengan mempertimbangkan keamanan dari tahap awal pengembangan hingga penerapan. Pengetahuan ini menjadi esensial untuk mencegah potensi ancaman seperti pencurian data, serangan siber, atau bahkan kerugian finansial.

Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi adalah mengabaikan pentingnya edukasi keamanan siber, baik di tingkat internal maupun eksternal. Bagi institusi, pegawai dan tim teknologi informasi perlu dibekali pengetahuan tentang bagaimana mengidentifikasi ancaman siber, menangani insiden, dan mematuhi standar keamanan yang berlaku. Di sisi lain, pengguna juga harus diberikan pemahaman tentang bagaimana melindungi diri mereka, seperti mengenali email phishing, menjaga kerahasiaan informasi pribadi, dan menggunakan kata sandi yang kuat.

Tidak kalah pentingnya, masyarakat sebagai pengguna akhir harus lebih kritis terhadap aplikasi atau layanan yang mereka gunakan. Dalam banyak kasus, nama besar sebuah institusi atau lembaga sering kali menjadi alasan utama masyarakat mempercayai sebuah aplikasi tanpa mengevaluasi sistem keamanan yang diterapkan. Pengguna perlu memeriksa apakah aplikasi tersebut memiliki kebijakan privasi yang jelas, mekanisme enkripsi data, dan apakah sesuai dengan standar keamanan yang berlaku. Sikap kritis ini akan membantu masyarakat melindungi diri dari risiko penyalahgunaan data.

Institusi yang bertanggung jawab juga harus memahami bahwa kepercayaan publik dibangun melalui transparansi dan komitmen terhadap keamanan siber. Salah satu cara untuk menunjukkan komitmen ini adalah dengan mematuhi regulasi yang berlaku, seperti General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) di Indonesia atau aturan serupa yang diterapkan di negara lain. Selain itu, institusi perlu secara rutin melakukan audit keamanan, memperbarui sistem mereka, dan mengimplementasikan teknologi terbaru untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang.

Tantangan dalam mengelola keamanan siber memang tidak ringan, terutama dengan semakin canggihnya metode yang digunakan oleh peretas. Namun, dengan investasi yang tepat dalam teknologi, pelatihan, dan kebijakan keamanan, risiko ini dapat diminimalkan. Dalam hal ini, kolaborasi antara pemerintah, institusi, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem digital yang aman dan terpercaya.

Pada akhirnya, pengetahuan tentang keamanan siber tidak hanya penting bagi institusi, tetapi juga bagi masyarakat yang memanfaatkan teknologi tersebut. Dengan memahami risiko dan langkah-langkah perlindungan, semua pihak dapat lebih percaya diri dalam menjalani transformasi digital. Keamanan bukanlah sebuah opsi, melainkan kebutuhan yang harus dipenuhi demi keberlanjutan dan integritas dunia digital yang semakin kompleks.